BATANG — Musim kemarau belum lama tiba, tapi peternak di Dusun Sibelis, Desa Tumbrep, mulai merasakan sulitnya mendapatkan pakan ternak berkualitas. Di tengah kekhawatiran itu, kelompok mahasiswa KKN-T Tim 50 Universitas Diponegoro datang membawa solusi sederhana namun berdampak besar, yaiitu rumput gajah (odot) Bukan sekadar rumput, tanaman ini dikenal memiliki kandungan gizi tinggi dan produktivitas hijauan yang stabil sepanjang tahun. Program introduksi tanaman pakan ini dilakukan melalui pendekatan edukatif dan praktis. Mahasiswa tidak hanya memberikan penyuluhan mengenai jenis hijauan yang aman dan bergizi bagi ternak, tetapi juga mengajak warga menanam langsung stek rumput gajah sebagai sumber pakan berkualitas. Langkah ini diharapkan mampu menyediakan pakan hijauan yang lebih efisien, bergizi, dan berkelanjutan.

Program terlaksana pada 11 Juli 2025, dimulai dengan mahasiswa menggelar penyuluhan mengenai jenis pakan hijauan yang aman, bergizi, dan mudah dibudidayakan dan larangan pakan bagi ternak. Dua hari kemudian, Minggu (13/7), dilanjut dengan bantuan warga menanam stek rumput gajah di lahan milik Bu Rohmah sebagai langkah awal membangun kemandirian pakan ternak di desa tersebut. Penanaman dilakukan bersama warga dengan pelatihan langsung: mulai dari pemberian pupuk kohe (kotoran ayam), penyiraman rutin, hingga pencegahan serangan hama. “Sebenarnya dari dulu kami pingin ngerti pakan ternak yang pas itu seperti apa. Alhamdulillah, sekarang jadi paham,” ujar salah satu warga sambil menanam bibit. Program ini merupakan bagian dari tema besar “Peningkatan Produktivitas Peternakan Lokal Melalui Edukasi, Inovasi, dan Digitalisasi Usaha Peternak”. Harapannya, introduksi rumput gajah tak hanya mengatasi masalah pakan saat kemarau, tetapi juga menjadi pijakan menuju sistem peternakan yang efisien, ramah lingkungan, dan berkelanjutan. Jika berhasil, model ini bisa direplikasi ke desa-desa lain di Kabupaten Batang.