Muhammad Barkah Budi Santoso, Mahasiswa KKN jurusan Agroekoteknologi dari Fakultas Peternakan dan Pertanian Universitas Diponegeoro melaksanakan program kerja berupa Pelatihan Pembuatan Rodentisida Nabati dari Umbi Gadung untuk Mengendalikan Populasi Hama Tikus di Desa Pakisan Kepada Seluruh Kelompok Tani.
Program Kerja ini dilaksanakan pada hari Kamis, 25 Juli 2024. Program kerja ini berfokus untuk mengatasi permasalahan hama tikus yang tengah melanda wilayah desa pakisan. Dengan memanfaatkan potensi lokal, Muhammad Barkah Budi Santoso mengadakan pelatihan pembuatan rodentisida nabati dari umbi gadung.
Kegiatan pelatihan ini mendapat sambutan positif dari Seluruh Kelompok tani di desa pakisan, mulai dari kelompok tani Sumber Agung, kelompok tani Sumber Asih, dan Kelompok tani Tani Sejati. Mereka antusias mempelajari cara membuat rodentisida alami yang efektif dan ramah lingkungan. Diharapkan, dengan adanya pelatihan ini, masyarakat dapat secara mandiri mengendalikan populasi tikus dan melindungi hasil pertanian mereka khususnya tanaman padi.
Hama tikus telah menjadi musuh utama para petani di Desa Pakisan. Binatang pengerat ini menyebabkan kerugian ekonomi yang signifikan akibat kerusakan tanaman pangan khususnya tanaman padi. Berbagai upaya telah dilakukan untuk mengendalikan populasi tikus, namun hasilnya belum optimal. Melihat permasalahan ini, Muhammad Barkah Budi Santoso berinisiatif untuk mencari solusi alternatif yang ramah lingkungan dan efektif.
Setelah melakukan penelitian dan studi literatur, Muhammad Barkah Budi Santoso menemukan bahwa umbi gadung memiliki potensi sebagai bahan baku pembuatan rodentisida alami. Umbi gadung mengandung senyawa saponin yang bersifat racun bagi tikus. Selain itu, tanaman ini mudah ditemukan di sekitar Desa Pakisan, sehingga dapat menjadi sumber bahan baku yang berkelanjutan.
Dengan dukungan dari pemerintah desa dan seluruh kelompok tani di desa pakisan, serta masyarakat setempat, Muhammad Barkah Budi Santoso menyelenggarakan pelatihan pembuatan rodentisida nabati. Pelatihan ini diikuti oleh kelompok tani Sumber Agung, kelompok tani Sumber Asih, dan kelompok tani, Tani Sejati. Materi pelatihan meliputi pengenalan hama tikus, dampak kerusakan akibat tikus, proses pembuatan rodentisida nabati, serta teknik penempatan umpan.
Proses pembuatan rodentisida nabati dari umbi gadung relatif sederhana. Umbi gadung yang telah dibersihkan dipotong kecil – kecil kemudian dihaluskan menggunakan blender. Lalu disiapkan ikan pindang dan dedak untuk penarik tikus agar tidak merasa pahit saat memakan umbi gadung. Setelah itu semua bahan dicampur menjadi satu dengan bahan perekat yaitu tepung tapioka untuk membentuk bola – bola umpan. Umpan tersebut kemudian diletakkan di tempat – tempat yang sering dilewati tikus, seperti lubang, sarang, atau sekitar keliling galangan sawah.
Muhammad Barkah Budi Santoso juga memberikan edukasi tentang pentingnya kebersihan lingkungan dalam mencegah perkembangan tikus. Mengajak masyarakat untuk menjaga kebersihan kandang ternak, tempat penyimpanan makanan, dan lingkungan sekitar rumah. Pembersihan secara rutin dapat mengurangi sumber makanan bagi tikus, sehingga populasi dapat dikendalikan.
Pelatihan pembuatan rodentisida nabati mendapat sambutan positif dari masyarakat Desa Pakisan khususnya seluruh kelompok tani. Mereka antusias mempelajari membuat rodentisida alami yang efektif dan ramah lingkungan. Salah satu ketua kelompok tani, Bapak Suryono, mengungkapkan rasa terima kasihnya atas inisiatif Muhammad Barkah Budi Santoso. “kami sudah lama berjuang melawan hama tikus, tapi belum ada solusi yang benar – benar ampuh. Sekarang, dengan adanya pelatihan ini, kami punya harapan baru untuk mengatasi masalah ini,” ujar Bapak Suryono.
Selain pelatihan, Muhammad Barkah Budi Santoso juga melakukan monitoring dan evaluasi terhadap penggunaan rodentisida nabati. Muhammad Barkah Budi Santoso mengunjungi beberapa rumah tangga untuk melihat efektivitas umpan yang dibuat. Hasilnya menunjukkan bahwa penggunaan rodentisida nabati mampu mengurangi populasi tikus secara signifikan. Beberapa petani melaporkan penurunan kerusakan tanaman setelah menggunakan umpan tersebut.
Keberhasilan program kerja ini tidak lepas dari pemerintah desa dan seluruh kelompok tani. Kepala Desa Pakisan, Bapak Santoso, Ketua Kelompok Tani Sumber Agung, Bapak Suyono, Ketua Kelompok Tani Sumber Asih, Bapak Sarino, Ketua Kelompok Tani, Tani Sejati, Bapak Joko Sulistiyo, menyatakan apresiasinya terhadap kerja keras Muhammad Barkah Budi Santoso. “Kami berharap program ini dapat terus dikembangkan dan menjadi contoh bagi desa – desa lain dalam mengatasi permasalahan hama tikus,” kata Bapak Santoso.
Program Pembuatan rodentisida nabati merupakan salah satu contoh nyata dari penerapan ilmu pengetahuan untuk menyelesaikan masalah petani. Muhammad Barkah Budi Santoso tidak hanya memberikan solusi teknis, tetapi juga membangun kesadaran masyarakat tentang pentingnya menjaga lingkungan dan memanfaatkan potensi lokal.
Keberhasilan program kerja ini diharapkan dapat menginspirasi mahasiswa KKN lainnya untuk melakukan kegiatan yang berdampak positif bagi masyarakat. Selain itu, program ini juga dapat menjadi model bagi desa – desa lain dalam mengatasi permasalahan hama tikus dengan pendekatan yang ramah lingkungan dan berkelanjutan.
Dengan adanya pelatihan ini, diharapkan petani dapat secara mandiri mengendalikan populasi tikus dan melindungi hasil pertanian mereka. Selain itu, penggunaan rodentisida nabati juga dapat mengurangi dampak negatif terhadap lingkungan, sehingga tercipta ekosistem yang sehat dan berkelanjutan. Melalui program ini, mahasiswa Kuliah Kerja Nyata (KKN) Undip telah membuktikan bahwa dengan kreativitas, kerja keras, dan dukungan masyarakat, permasalahan lingkungan dapat diatasi dengan solusi yang inovatif dan berkelanjutan. Di akhir kegiatan pelatihan tersebut ditutup dengan pemberian Leaflet yang berisi tahapan pembuatan rodentisida nabati pada seluruh kelompok tani di Desa Pakisan sebagai bentuk harapan keberlanjutannya Program Kerja.
Recent Comments