Malang, Jawa Timur (29/08/2023) Kuliah Kerja Lapangan (KKL) merupakan salah satu aktivitas pembelajaran yang diselenggarakan oleh Program Studi S1 Agroekoteknologi yang memiliki tujuan untuk mendekatkan mahasiswa kepada bidang kerjanya dan juga praktik-praktik keilmuan yang bisa memberikan gambaran lebih luas dan dalam lagi disetiap bidangnya.
Dalam rangkaian hari keduanya pelaksanaan KKL ini, mahasiswa KKL Agroekoteknologi angkatan 2020 berkunjung ke BPSI Jestro, Aneka Kacang, dan Tanaman Pemanis dan Serat.
Pada kunjungan pertama peserta KKL berkunjung ke Balai Pengujian Standar Instrumen Tanaman Jeruk dan Buah Subtropika (BPSI Jestro), dalam kunjungannya peserta KKL mengikuti pemaparan yang disampaikan oleh Kepala Balai BPSI Jestro, Ibu Eka Palupi yang menjelaskan bahwa, “Saat ini BPSI Jesto atau yang dulu disebut dengan BALITJESTRO sudah tidak lagi memiliki tupoksi sebagai peneliti akan tetapi saat ini memiliki tupoksi sebagai badan pengujian, pelatihan dan pemagangan, serta penyedia benih bermutu” tuturnya. Selain mendapatkan pemaparan, peserta KKL pun melakukan kunjunganke kebun jeruk koleksi BPSI Jestro, dan disana peserta KKL diberikan kesempatan untuk memetik buah jeruk sepuasnya.
Selanjutnya, peserta KKL melanjutkan kunjungan ke Balai Pengujian Standar Instrumen Tanaman Aneka Kacang (BPSI Aneka Kacang). Peserta KKL diarahkan oleh perwakilan Balai yang juga seorang pemulia kedelai untuk berkeliling sambil dijelaskan aneka tanaman legume yang pada saat itu sedang dibudidayakan di area kebun percobaannya. Selain area kebun percobaan, peserta KKL ditunjukan ruang processing benih, pengujian mutu benih, dan juga gudang penyimpanan benih.
Kunjungan yang terakhir, peserta KKL berkunjung ke Balai Pengujian Standar Instrumen Tanaman Pemanis dan Serat (BPSI Pemanis dan Serat). Dalam kunjungannya, peserta KKL mendapat pemaparan tentang tanaman stevia sebagai tanaman alternatif yang potensial sebagai pemanis.
“Tanaman stevia ini potensial digunakan sebagai pemanis yang lebih sehat dan memiliki tingkat kemanisan yang berkisar 300x lebih manis dibanding tebu. Hanya saja karena berasal dari kawasan subtropis, sehingga untuk di Indonesia hanya bisa dibudidayakan di dataran tinggi” ujarnya.
“Sehingga perlu dilakukan perakitan varietas tanaman stevia untuk memperluas wilayah tanamnya, dan juga pengaplikasian teknis budidaya yang bisa lebih efisien. Itu hal-hal yang jadi tantangannya” sambungnya.
Dalam ketiga kunjungan tersebut harapannya mahasiswa dapat semakin memperkuat pemahamannya dan termotivasi baik itu terkait dengan riset tugas akhir ataupun bidang usaha yang bisa digeluti nantinya.
Recent Comments